Di lansir oleh situs resmi IMF dalam laporan Stabilitas Keuangan Global, Oktober 2017, bahwa utang rumah tangga di negara negara maju dan negara berkembang terus mengalami peningkatan setelah krisis keuangan global.
Rasio utang yang terjadi di rumah tangga terhadap PDB pada negara berkembang meningkat dari 15 persen pada 2008 menjadi 21 persen pada 2016.
Sedangkan pada negara maju rasionya juga meningkat dari 52 persen menjadi 63 persen dalam periode yang sama.
Hal ini menjadikan IMF sangat khawatir apabila dalam jangka waktu tiga hingga lima tahun kedepan utang rumah tangga yang terus meningkat akan menjadi pemicu terjadinya krisis perbankan.
Walaupun himbauan ini tidak secara langsung ditujukan kepada warga Indonesia, akan tetapi akan tetap dijadikan peringatan bagi setiap rumah tangga supaya dapat mengelola aset dan belanja dengan lebih bijak berikut ini adalah alasannya:
#1 Maraknya tawaran pinjaman online makin menggoda
Di Indonesia sekarang ini banyak sekali situs dan aplikasi fintech (teknologi finansial) yang menawarkan pinjaman online proses mudah dan cepat.
Biarpun dengan tingkat bunga yang lebih mahal, tawaran ini ternyata banyak diminati oleh masyarakat Indonesia, terutama kelas menengah berpenghasilan di atas Rp 10 juta per bulan yang membutuhkan dana kredit talangan.
Tingginya permintaan pinjaman dari debitur menyebabkan sebuah perusahaan Fintech pernah sampai hingga kehabisan dana untuk disalurkan.
Dengan keuntungan berlipat ganda, bunga 1 persen per hari, perusahaan Fintech itu merayakan keberhasilannya dengan rapat kerja di luar negeri.
Ambil contoh sebuah aplikasi pinjaman online yang menawarkan bunga hingga 56% untuk jangka waktu pinjaman selama 28 hari.
Apabila anda meminjam sejumlah Rp 1 juta, dalam tenor 28 hari maka anda harus mengembalikan pinjaman sebesar Rp 1,56 juta. Sangat fantastis bukan?
#2 Selalu perhatikan rasio aset terhadap utang dan cicilan dengan sumber penghasilan
Dalam strategi mengelola keuangan keluarga, sebaiknya anda harus selalu mengukur dan menjaga rasio utang terhadap total aset kurang dari 50 persennya.
Misalkan total aset yang anda miliki sebesar Rp 500 juta, dan total utang anda sebesar Rp 300 juta ini berarti rasio utang anda sebesar 60% dan ini termasuk dalam situasi keuangan yang tidak sehat.
Kemudian rasio cicilan utang sebaiknya maksimal adalah 35% dari jumlah pendapatan supaya dapat menyisihkan untuk investasi dan memenuhi kebutuhan rutin lainnya..
#3 Pilih utang yang produktif
Tidak ada larang untuk melakukan utang karena yang paling penting ialah anda mampu mengelola utang dengan cara yang tepat.
Usahakan supaya utang yang anda ambil, dapat memberikan penghasilan dan manfaat. Itulah salah satu cara strategi membuat utang anda menjadi lebih produktif, tidak sekadar konsumtif.
Dengan utang yang produktif misal sebagai modal usaha dan bisnis maka secara perlahan akan menambah aset selama bisnis yang anda kelola memiliki profit dan sangat potensial.