Silakan berutang! Tidak semua berutang menyebabkan hidup Anda menjadi melarat atau menyebabkan Anda dalam kondisi keuangan yang tidak sehat. Asalkan, Anda bisa membedakan mana utang produktif dan konsumtif.
Seberapapun besar harta yang dimiliki jika kita tidak tahu cara untuk menjaga atau mengembangkannya, harta itu pun dapat menyusut kemudian menghilang. Sebaliknya, meskipun pendapatan terbatas kita dapat menumpuk kekayaan, jika tahu caranya.
Selain harta, utang menjadi salah satu hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Oleh karena itu, agar tidak terjebak utang yang akan mengganggu kesehatan keuangan Anda, sebaiknya Anda mulai mengetahui apa perbedaan dari utang produktif dan utang konsumtif.
Utang produtif adalah utang yang ditujukan untuk menciptakan penghasilan yang bernilai tambah (modal kerja) ataupun berinvestasi hingga akhirnya mendapatkan manfaat finansial. Utang dapat dijadikan produktif jika hasil yang didapat dari barang aset lebih besar dibandingkan beban utang yang muncul.
Apa sajakah yang termasuk dalam utang produktif? Sebagai contoh, Anda meminjam uang ke bank atau keluarga dimana dana yang didapatkan akan dialokasikan untuk membuka sebuah kedai atau berjualan pakaian.
Laba yang didapatkan dari hasil usaha dapat digunakan untuk membayar utang secara berkala, memutar bisnis, dan sisa keuntungannya bisa Anda gunakan untuk kebutuhan pribadi atau keluarga.
Namun, bagaimana jika Anda ingin membeli gadget keluaran terbaru? Termasuk utang konsumtif atau produktifkah? Hal itu dikembalikan lagi dari tujuan dan fungsi gadget tersebut ketika dibeli.
Jika gadget yang dibeli digunakan untuk berjualan pulsa atau akan digunakan oleh admin dalam bisnis untuk keperluan membalas pesan dari pembeli, dapat digolongkan menjadi utang produktif.
Sedangkan utang konsumtif adalah utang yang tak dapat menaikan aset yang dimiliki dan tidak memberikan manfaat finansial secara langsung untuk dapat melunasi utang tersebut.
Utang konsumtif dapat dilihat dari sifat atau karakternya yang mana utang tersebut dibiayai untuk memenuhi keinginan yang tidak perlu (terbawa emosi).
Contoh yang sering banyak dilakukan adalah pemilik kartu kredit yang suka membayar biaya minimum atau pinjaman KTA untuk pergi berlibur. Dimana letak manfaat finansialnya? Yang ada hal tersebut hanya akan menggerogoti cash flow setiap bulan.
Yang lebih berbahaya lagi adalah saat Anda ingin membeli sesuatu katakanlah sebuah tas branded original seharga tiga juta rupiah.
Dengan tenangnya Anda menggesekkan kartu kredit untuk membayarnya. Tanpa berpikir atau memutuskan kapan dan dari mana anggaran untuk melunasi tas tersebut. Hingga saat tagihan muncul, Anda masih kebingungan dan tagihan pun menjadi bunga berbunga.
Apa yang harus dilakukan jika sudah terlilit utang konsumtif?
Hal utama yang harus dilakukan adalah urutkan utang yang memiliki bunga besar hingga yang tida berbunga.
Segera lunasi utang yang memiliki bunga besar, kemudian beranjak ke yang bunga kecil dan tidak berbunga. Jika utang konsumtif masih belum saja lunas, mungkin Anda harus memikirkan untuk menjual asset yang dimiliki
Sebenarnya sah-sah saja jika ingin membeli sesuatu dengan berutang. Asalkan biaya yang dikeluarkan tidak lebih 30 % dari pendapatan.
Yang terpenting saat berutang baik produktif maupun konsumtif adalah bijak dan disiplin dalam membayar cicilannya setiap bulan.
Pun begitu jika Anda tepat waktu dalam membayar cicilan kartu kredit yang digunakan untuk utang konsumtif dan tak melebihi tanggal jatuh tempo, utang tersebut tidak akan terlalu mengganggu kesehatan keuangan, asalkan proporsional dengan pos keuangan Anda yang lain.